Selamat Datang Diportal Berita Website SIAP PAK 86.XYZ
ADA ASA KEHIDUPAN PADA SERUMPUN PURUN

ADA ASA KEHIDUPAN PADA SERUMPUN PURUN


Penulis : Fahriani, S.H.
Mahasiswa Magister Hukum Universitas Bangka Belitung/Komisioner KIP Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

 
• Tangkap ikan di tengah telaga
Ikan dilukis oleh seniman
Bila lingkungan selalu dijaga
Tentu hidup terasa nyaman
 
• Potong baju memakai gunting
Jangan menggunting didalam lipatan
Kebersihan lingkungan sangatlah penting
Karena menjadi bagian Iman
 
• Patung kuningan jangan dipahat
Agar tidak cepat berkarat
Jika lingkungan kita bersih dan sehat
Sumber penyakit pastilah kan lenyap
 
• Tanam purun ditepi jalan
Langit terang tiada berawan
Siapa orang jaga kebersihan
Pastilah orangnya tampan dan rupawan
 

 
​Berkembangnya pola kehidupan manusia akibat kemajuan teknologi telah memberikan banyak pilihan kepada manusia tersebut, untuk menjalani aktivitas sehari-hari dengan menggunakan sarana pelengkapnya berupa produk ramah lingkungan atau produk yang dapat menimbulkan limbah rumah tangga, hingga membutuhkan penanganan serius oleh Pemerintah, seperti limbah plastik, yaitu sampah yang sangat akrab digunakan oleh manusia dalam aktivitas kehidupannya sehari-hari.


​Berdasarkan data Asosiasi Industri Plastik Indonesia (INAPLAS) dan Badan Pusat Statistik (BPS), sampah plastik di Indonesia mencapai 64 juta ton per tahun. Sebanyak 32 ton diantaranya merupakan sampah plastik yang dibuang ke laut. Oleh sebab itu, Pemerintah terus menyerukan pengurangan pemakaian plastik sekali pakai, dengan harapan agar mampu menekan angka sampah plastik yang terus bertambah dari tahun ke tahun.


​Lingkungan yang bersih dan sehat, menggambarkan arti bahwa pola hidup yang jauh dari penyakit, sebagai gaya hidup yang tertata dengan cara menjaga kebersihan adalah menjadi tujuan utama dan bersama-sama oleh seluruh masyarakat. Menyediakan tempat sampah dan membuang sampah pada tempatnya, disekitar rumah adalah upaya untuk mewujudkan “rakyat sehat negara kuat”.


​Indonesia adalah negara dengan penduduk terbanyak ke-4 di dunia, menghadapi masalah utama berupa sampah, khususnya plastik, karena telah menjadi penyumbang terbesar sampah plastik ke-2 di dunia, yang volume sampah plastik ini mencapai puluhan juta ton per tahunnya. Angka ini tidak bisa dikatakan sedikit dan sangat berbahaya bagi lingkungan, karena dapat menyebabkan terjadinya pencemaran tanah, disebabkan sifatnya yang sulit terurai oleh alam sehingga berbahaya bagi makhluk hidup yang tinggal di sekitarnya.


​Meningkatnya sampah plastik tidak diiringi oleh kesadaran untuk mengolahnya, juga dikarenakan sulit dan membutuhkan waktu yang panjang dalam proses pengolahan agar bisa terurai atau terdekomposisi dengan sempurna, bahkan membutuhkan waktu ratusan tahun agar alam kembali normal dan sehat. Untuk itu manusia diharapkan bijak dalam menggunakan produk plastik dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Diketahui bahwa plastik juga dapat mengandung pertikel-partikel yang berbahaya bagi tanah dan air, sampah plastik yang dibakar dapat menghasilkan gas beracun hingga menyebabkan pencemaran pada tanah.


​Adalah serumpun purun yang banyak tumbuh, di tepi-tepi jalan, dan tumbuh liar di kolong bekas  tambang timah, merupakan tumbuhan liar khas daerah Pulau Belitung. Tanaman purun ini sejak dulu dikenal akrab dengan kehidupan masyarakat belitung, karena sering digunakan sebagai bahan pengikat apa saja yang butuh untuk diikat terkenal dengan sebutan “TALI PURUN”.


​Tanaman purun, memiliki karakter yang keras, kuat dan berbuku-buku di bagian batangnya seperti bambu, dan tidak mudah patah. Sekilas tanaman liar purun ini tidak berguna, sebab tumbuh menjadi semak-semak yang menampakkan pemandangan tidak enak untuk dilihat.


​Namun dalam pandangan seorang kreatif, jaman dulu saja sudah digunakan sebagai alat pengikat yang berguna untuk manusia, berfungsi sebagai tali pengikat tikar. Ketika itu, hanya saja belum ditemukan ide-ide lain untuk mengembangkan fungsi purun tersebut agar lebih maksimal penggunaannya.


​Adapun pada tahun 2019, seorang Hartati (43 Tahun) telah terinspirasi atas keberadaan tumbuhan purun ini dan mengembangkannya menjadi tanaman liar lahan gambut, yang semula hanya berfungsi sebagai “TALI PURUN” kemudian menjadi tanaman yang menggemparkan kancah Internasional, ketika “Menteri Pariwisata Ekonomi Kreatif” Sandiaga Uno, berbicara dalam Podium Sidang Umum PBB, memperkenalkan tanaman purun yang tumbuh tidak terawat, tumbuh dimana saja sebagai semak belukar, yang semula tidak bernilai jual, namun ditangan kreatif seorang Hartati, putri kebanggaan orang Belitung, maka “ADA ASA KEHIDUPAN PADA SERUMPUN PURUN” di masa depan, karena tanaman purun telah naik pamor dan menjadi perbincangan pada masyarakat hingga Internasional, sebab purun sekarang sudah melebarkan sayapnya di kancah Internasional, bukan saja disebut sebagai “TALI PURUN” untuk pengganti tali plastik, tapi juga sebagai “SEDOTAN PURUNEA ECOSTRAW” milik Hartati Anak Urang Belitong, untuk pengganti sedotan plastik, dan ini mengurangi limbah plastik yang berbahaya untuk lingkungan. Sejak itu, setelah melalui tahapan proses produksi yang profesional, tanaman purun kemudian berkembang menjadi usaha masyarakat untuk menambah penghasilan dan lapangan kerja dengan memproduksi sedotan purunea, juga tas, tikar, dll,  yang semuanya ramah lingkungan dan bermanfaat. Semoga terus berkembang. (*)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama