Selamat Datang Diportal Berita Website SIAP PAK 86.XYZ
Ketegangan di Sekber Aceh: Jurnalis Kompas dan Puja TV Alami Intimidasi dari Pengawal Firli Bahuri

Ketegangan di Sekber Aceh: Jurnalis Kompas dan Puja TV Alami Intimidasi dari Pengawal Firli Bahuri


Banda Aceh - Suasana hangat pertemuan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Firli Bahuri, dengan Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) di Sekretariat Bersama (Sekber) wartawan Aceh berubah menjadi kontroversi ketika dua jurnalis, Raja Umar dari Kompas TV dan Kompas.com serta Lala Nurmala dari Puja TV, diduga mengalami intimidasi oleh pengawal Firli. Peristiwa ini terjadi pada Kamis malam (9/11/2023) di warung kopi tongkrongan wartawan.
Raja Umar, yang tengah meliput acara tersebut, menceritakan bahwa dirinya dihampiri oleh seorang polisi yang mengenakan pakaian preman. Polisi tersebut meminta agar Umar menghapus foto pertemuan Firli dengan JMSI. Umar, menolak untuk menghapus foto tersebut, mencatat insiden tersebut dengan menghidupkan rekaman audio.
"Saya dihampiri oleh polisi yang mengenakan pakaian preman dan meminta agar saya hapus foto pertemuan Firli," kata Raja Umar, menjelaskan peristiwa yang terjadi di Banda Aceh. Umar menyatakan bahwa meskipun ada paksaan untuk menghapus foto, ia menolak dan bahkan merekam percakapan tersebut.
Menurut Umar, pengawal Firli menyatakan bahwa dirinya seorang polisi dan berhak meminta penghapusan foto tersebut. Dalam upaya menjaga bukti, Umar mengirimkan rekaman audio insiden tersebut ke grup Kompas.com sebagai langkah antisipatif jika terjadi sesuatu dengan dirinya di kemudian hari.
"Saya harap pihak dari organisasi kewartawanan bisa mengadvokasi masalah ini di lapangan," ungkap Direktur Puja TV, Jamaluddin, yang menyayangkan peristiwa intimidasi terhadap jurnalis. Dia menekankan bahwa semua pihak harus menghormati profesi dan tugas jurnalistik.
Selain Raja Umar, Lala Nurmala dari Puja TV juga mengalami intimidasi serupa. Nurmala, yang sempat mengambil foto dan video ketika Umar berbicara dengan pengawal Firli, diminta untuk menghapus materi tersebut. Pengawal Firli bahkan memaksa untuk melihat gambar dalam galeri handphone Nurmala hingga ke folder spam.
"Sudah aku hapus, dan tersimpan dalam spam. Lalu, itu juga disuruh hapus, padahal handphone itu privasi saya," ungkap Nurmala. Peristiwa ini menyoroti dilema antara hak privasi jurnalis dan tugas meliput berita di tempat umum.
Sekber wartawan Aceh, tempat Firli dan JMSI mengadakan pertemuan, merupakan warung kopi yang biasa menjadi tempat berkumpul para wartawan sebelum atau sesudah meliput berita. Lokasinya dianggap sebagai area publik, terutama ketika digunakan untuk acara bersama organisasi wartawan seperti JMSI.
Kepolisian di Aceh belum memberikan tanggapan resmi terkait insiden ini. Pihak JMSI Aceh juga belum memberikan komentar lebih lanjut terkait kejadian ini. Sementara itu, masyarakat menantikan klarifikasi lebih lanjut dari Ketua KPK Firli Bahuri dan upaya penyelesaian yang adil terhadap dugaan intimidasi terhadap jurnalis yang tengah menjalankan tugasnya. (Sumber : Suara, Editor : KBO Babel)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama